Hukum-hukum Kehidupan

  1. Hukum bola pejal kehidupan

Seperti halnya sebuah bola pejal  yang diberikan tekanan dalam kadar tertentu  yang menyebabkan reaksi balik yang diberikan bola pejal terhadap titik tekan begitu juga dengan diri kita. Ada minimal  tiga kondisi alternatif yang akan terjadi pada bola pejal,

  • Bila tekanan yang diberikan terlalu kecil, bola pejal sulit untuk memantul dan meberikan titik tolak
  • Bila tekanan yang diberikan melewati ambang batas kemampuan bola untuk menahan, maka bola dapat sewaktu-waktu hancur
  • Bila tekanan yang diberikan tepat, maka bola dapat memantul dengan baik dan sempurna

Begitu juga dengan diri kita. Dalam setiap permasalahan hidup yang kita jalani, ada banyak tekanan-tekanan baik dari luar maupun dalam diri yang secara sadar maupun tidak memberikan dampak bagi mental kita untuk keluar dari permasalahan tersebut. Jika kondisi mental seimbang dengan problem yang terjadi, jiwa cenderung dapat mengendalikannya dan pikiran  mencari 1001 cara untuk menyelesaikannya, apalagi jika persoalan yang dihadapi dianggap mudah oleh jiwa dan pikiran. Persoalannya adalah jika permasalahan yang melanda dianggap terlalu berat oleh jiwa dan diambang batas kemampuan otak untuk berpikir, maka yang terjadi adalah stress. Stres yang berkepanjangan sangat mengganggu mental dan dapat mengubah karakter baik yang sudah dibangun sejak dulu. Mungkin kita pernah mendengar ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya hanya gara-gara menganggap sudah tidak sanggup lagi memberi makan anak-anaknya. Ada juga seorang ibu yang tega menggugurkan kandungan hasil perbuatan zinanya dengan lelaki yang tidak bertanggung jawab. Di dunia bisnis, tidak jarang kita pun  mendengar ada seorang direktur atau manajer di sebuah perusahaan terkenal bunuh diri dari lantai 5 kantornya hanya karena terlalu stres dengan pekerjaan kantor atau desakan dari atasannya. Di dunia pendidikan, ada seorang siswa yang rela mengakhiri hidupnya hanya gara-gara tidak lulus UN, diputuskan pacar, sampai karena tidak dibelikan motor  oleh orang tuanya. Atau fenomena tawuran antar-mahasiswa dua universitas di Jakarta, yang setelah dislidiki permasalahan utamanya hanya karena memperebutkan seorang wanita. Inilah yang dianalogikan dengan bola pejal yang terlalu kuat ditekan dan tidak sanggup menahan tekanan sehingga pecah berkeping-keping.

Lalu bagaimana agar setiap permasalahan hidup yang menjadi fitrah hidup dan kehidupan tidak membuat diri kita lemah, berputus asa dari rahmatNya ?

Ada sebuah cerita yang dapat kita petik hikmahnya.

Di sebuah kerajaan antah barantah yang masih sangat tradisional, tersebutlah seorang raja yang tersohor di zamannya. Sang Raja mempunyai kekayaan yang berlimpah dan anak buah yang sangat patuh kepadanya.

Suatu ketika, sang raja berkata kepada para pengawalnya untuk mepersiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan sang raja berburu esok hari. Para pengawal pun menganggukkan badan tanda siap dan hormat sambil keluar mempersiapkan segalanya.

Singkat cerita keesokan harinya,saat Raja berangkat dari kerajaan dengan para pengawal dan prajurit, di sebuah tempat, karena pada saat itu belum mengenal alas kaki, kaki sang raja yang jarang bepergianpun menginjak sebuah duri, sontak darak keluar dari kakinya yang bersih itu. Raja pu geram, dan dengan emosi memerintahkan kepada semua anak buahnya untuk melapisi seluruh jalan dngan kulit sapi. Karena takut dengan murka raja, maka seluruh prajurit pun melaksanakan titah raja bersama-sama, tidak dapat dibayangkan berapa banyak dana yang harus dikeluarkan untuk melapisi seluruh jalan yang masuk ke dalam daerah kekuasaan raja, tak terhitung waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan ide gila itu. Seluruh ahli  dikumpulkan, dan semua sepakat untuk menyembelih seluruh saai kepunyaan penduduk untuk menunaikan titah raja, dan menggunakan kulitnya untuk melapisi jalan di seluruh daerah. Hingga, dari kampung terpencil, menghadaplah seorang anak tampan dan cerdas menghadap raja tersebut. Setelah memberi salam dengan penuh hormat, sang anak yang dikenal dengan nama Setia tersebut memberikan sebuah hadiah untuk baginda raja, sebuah alas kaki terbuat dari kulit yang bagus dan terlihat kuat. Lalu sang anak pun berkata “Paduka Raja, Paduka tidak perlu khawatir untuk bepergian kemanapun yang baginda inginkan, Baginda pun tidak perlu mengeluarkan ratusan keeping emas untuk melapisi seluruh permukaan jalan dengan kulit sapi. PAduka tinggal memakai sandal eksklusif ini kemanapun baginda mau, dan saya jamin Paduka idak akan merasa sakit atau tertusuk duri di jalanlagi, karena sandal ini didesain untuk melindungi alas kaki dan memberikan kenyamanan bagi yang memakainya”. Baginda nampak senang dan tertarik. Lalu tanpa berpikir panjag, sang Raja berkata kepada seluruh pasukannya “Mulai sekarang, hentikan pembuatan jalan memeakai kulit sapi, semua rakyat dan prajuit wajib memakai sandal yang dibuat anak cerdas ini, berapa keping emas yang kau butuhkan unttuk membuat pabrik sandal ini nak ?”

Kisah di atas menggambarkan pentingnya mengubah mindset dan persepsi kita mengenai setiap masalah yang pasti menghampiri. Tidak ada yang salah dengan masalah, yang menjadi masalah adalah sikap dan cara pandang kita terhadap masalah. Banyak orang yang justru bersyukur dengan masalah, karena artinya mereka sedang belajar untuk menjadi lebih baik, sehingga jika ada masalah serupa sudah lebih siap dan mengeahui solusi terbaik. Namun, tidak sedikit pula orang yang akhirnya menyerah dan putus asa dengan masalah yang seakan bertubi-tubi menghampirinya setiap waktu. Seorang motivator pernah mengatakan bahwa jika kita ingin seluruh pemandangan yang kita lihat tampak hijau, maka tak perlu mengecat atau memodifikasi seluruh benda yang kita jumpai dengan warna hijau, cukup membeli sebuah kacamata yang berlensa hijau, akalau tidak ada, tinggal kita celup sendiri kedalam sebuah cat, pakailah kaca mata itu, dan semuanya akan tampak hijau berseri.

Kita tidak dapat mengendalikan arah angin, namun kita dapat mengarahkan layar menuju tempat yang kita tuju

Lelah sudah kita berharap dengan semua kondisi yang tidak sesuai dengan harapan, dengan sikap manusia yang menguji kesabaran, dengan setiap asa yang belum menjadi kenyataan, namun, jika kita mempunyai rumus untuk mengarungi setiap permasalahan  apapun, maka kita akan menjadi orang yang bahagia dimanapun berada.

Rumus yang dapat kita amalkan yaitu :

  • Siap

Hidup adalah rangkaian masalah, orang hidup pasti punya masalah, jangankan yang masih hidup, hanya untuk sekedar matipun butuh kesiapan, dimana akan dikuburkan, sudah melunasi seluruh hutangkah, bagaimana dengan tanggungan yang ditinggalkan seperti anak dan istri, bagaimana membayar tempat pekuburan, ambulan dan lain-lain. Maka, sungguh sangat naif jika ada orang yang berpendapat bahwa mengakhiri hidup adalah solusi terbaik untuk keluar dari permasalahan hidup yang melanda. Ingatkah dengan sebuah keterangan hadis yang mengambarkan bahwa orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di neraka akan melakukan hal serupa berulang kali, mati, dihidupkan lagi, mati dihidupkan lagi. Begitu seterusnya. Na’udzubillahimindzalik.

Kesiapan kita untuk menghadapi setiap masalah  adalah sebuah bentuk keyakinan yang nyata akan janji Allah terhadap takdir kehidupan kita

Yang menjadikan  mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al-Mulk:2)

Tinggalkan komentar